mu (seharusnya dengan m besar)
aku mulai cerita dengan menghitung rambut-mu yang rontok,
memikirkan abad dibilang memabukkan,
apalagi segelas kopiku pahit sekali. wah!
gempita lampu-lampu, gempita gugup cahaya senja.
akulah engkau-mu, lelaki yang kau benci,
menampar matahari-mu melagu puisi,
maaf, wajah-mu aku sobek dengan murtad,
meragukan kitab-mu, padahal aku sungguh-sungguh.
mu (seharusnya dengan m besar)
hingga pada suatu malam, aku menolak-mu!
Sebab berserak rumah-mu. Muak aku!
Megah, membiarkan terbuka semua imaji.
Mu! (bagaimana aku menyebutmu)
Aku terantuk sepi, tepat
Di mata
Mu!
mu (seharusnya dengan m besar)
seperti aku sebut nama-mu dalam mabuk,
“kau seperti tuhan!” igauku
mu (seharusnya dengan m besar)
diamput! Aku menggigil mencari-mu,
di tengah bulan, puncak-puncak langit,
: kebingungan!
Diamput! Aku malaria mencari-mu,
Di pojok restoran, tengah-tengah kota,
: kesakitan!
Diamput! Aku mabuk mencarimu,
Di segelas kopi pahit, beberapa batang rokok,
: dan ketemu!
(ha…ha…ha…ha)
mu (seharusnya dengan m besar)
agar tak layu daun-daun itu, siramilah!
Berlaksa raka’at menghabiskan keringatku,
Aku bosan memanggil nama-mu dengan raka’at,
Akulah engkau-mu yang murtad (demikian kau bunuh imanku)
Lautan tauhid!
Aku akan datang!
Menyumpal segala-mu yang tabir,
Sebab aku adalah
Mu!
mu (seharusnya dengan m besar)
Tiba-tiba kau kalungi aku
Dengan senggama sempurna,
: surga
aku tak percaya!
Tak pernah aku temukan kamus untuk kosa itu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment